Rabu, 13 April 2011

Instrumen dan Teknik Observasi dan Wawancara

BAB II

PEMBAHASAN

A. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Secara etimologi instrumen dalam kamus besar bahasa indonesia berarti alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau sebagai sarana penelitian berupa seperangkat tes untuk memeroleh data. Secara terminologi instrumen merupakan alat bantu (dalam hal ini penelitian) bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Teknik memiliki arti metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Data dalam kamus bahasa indonesia bermakna keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Menyusun instrumen bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik atau dibuat peneliti bisa keliru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian, pertama, masalah yang diteliti termasuk indikator harus jelas, sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan di gunakan. Kedua, sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika dalam instrumen penelitian.

Ada beberapa langkah umum dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Analisis variabel penelitian, yang mengkaji variabel menjadi sub variabel dan indikator penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan.

b) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel, subvariabel, indikatornya. Satu variabel bisa diukur oleh satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.

c) Menyusun kisi-kisi lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, dan waktu yang dibutuhkan.

d) Berdasarkan kisi-kisi peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan, jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan dan peneliti harus mempunyai gambaran jawaban yang diharapkan.

e) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba.

B. Observasi

Menurut S.Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa.

Observasi adalah penelitian yang melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Dalam melakukan penelitian atau riset banyak peneliti dalam pengumpulan data melibatkan kerja lapangan, setelah mereka memastikan proyek penelitian mereka, mengembangkan pertanyaan dan metode yang kemudian langsung terjun ke lapangan untuk pengumpulan data.

Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Adapun beberapa jenis pengamatan adalah sebagai berikut :

B.1. Observasi langsung/tidak langsung

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diteliti. Observasi tidak langsung adalah observasi yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diteliti, seperti melalui film atau yang lain.

B.2. Observasi Non partisipan/Partisipan

Observasi non partisipan adalah observasi dimana observer tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang di observasi.

Observasi partisipan adalah observasi dimana observer ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Jadi disini observer tidak berlaku sebagai penonton, melainkan sebagai pelaku atau peserta. Pada umumnya penelitian ini digunakan untuk penelitian bidang social.

B.3. Observasi Sistematik dan Non Sistematik

Observasi Sistematik : disebut observasi berkerangka/structured observation. Yaitu terdapat kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah dikategorisasikan terlebih dahulu. Atau suatu penelitian yang harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks. Disebut juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati

Observasi Non Sistematik : disebut juga unstructured observation. Yaitu kerangka yang memuat faktor-faktor perilaku yang akan diobservasi tidak dikategorisasikan.

B.4. Kelemahan Teknik Observasi

1) Observasi sangat tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat. Kemampuan ini ddipengaruhi oleh beberapa aspek:

a. Daya adaptasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan objek yang akan diamati.

b. Kebiasaan

c. Keinginan, yaitu keinginan untuk memperoleh hasil tertentu dalam penelitiannya.

d. Prasangka, dapat menyebabkan pengamatan tidak objektif.

e. Proyeksi, yaitu kecenderungan melemparkan kejadian dalam diri observer kepada objek penelitian sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan dengan baik.

f. Ingatan.

g. Keadaan fisik dan psikis.

2) Kelemahan dalam pencatatan

a. Pengaruh kesan umum (hallo effects)

b. Pengaruh keinginan menolong (generosity effects)

c. Pengaruh pengamatan sebelumnya (carry out effects)

3) Banyak kejadian atau keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan pribadi yang sangat rahasia.

4) Dalam observasi sering dijumpai observee yang bertingkah laku baik dan menyenangkan dan sebaliknya.

5) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu, sehingga kalau terjadi gangguan secara tiba-tiba seperti gangguan cuaca maka observasi tidak dapat dilakukan. Di samping itu banyak kejadian yang berlangsung sangat pendek dan tidak serempak.

B.5. Kebaikan Teknik Observasi

1) Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat dan sulit dibantah.

2) Banyak objek yang hanya bersedia datanya diambil dengan observasi.

3) Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observee.

4) Banyak kejadian yang dipandang kecil dan tidak dapat ditangkap oleh alat penangkap data yang lain tetapi dapat di tangkap oleh observasi.

C. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam literatur lain, wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

1) Wawancara kualitatif terbagi dalam tiga variasi :

a) Wawancara informal: proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah.

b) Wawancara dengan pedoman umum: dalam proses wawancara ini,peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum,yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan,bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit.

c) Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka : dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci,lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah :

Ø intonasi suara

Ø kecepatan berbicara

Ø sensitifitas pertanyaan

Ø kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

C.1. Teknik-teknik Wawancara

Dalam melakukan wawancara, ada beberapa teknik-teknik wawancara yang perlu diperhatikan, antara lain :

a) wawancara dapat berlangsung secara tatap muka, atau dari jauh, misalnya melalui telepon atau e-mail.

b) Wawancara dapat dilakukan dimanapun.

c) Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur ketat, dengan serangkaian pertanyaan yang menuntut jawaban spesifik (misalnya quesioner), atau dapat juga terbuka, dapat pula wawancara dilakukan sekedar menfasilitasi subjek untuk berbicara.

d) Pengingat, seperti foto-foto, dapat bermanfaat untuk merangsang diskusi yang telah berlangsung.

e) Wawancara dapat melibatkan hanya dua individu, peneliti dan yang diwawancarai, atau dapat berupa kelompok atau lebih dari satu subjek dan atau lebih dari satu pewawancara.

f) Wawancara dapat dicatat atau direkam dan kemudian ditranskripsikan.

g) Wawancara dapat ditindaklanjuti dalam berbagai cara. Sebuah transkrip dapat dikirim kepada subjek yang bersangkutan untuk diberi komentar.

C.2. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Wawancara

Kelebihan teknik wawancara yang pertama, Metode ini tidak akan mengalami kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun. Kedua, Metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh melaui cara observasi ataupun angket. Ketiga, Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis. Keempat, Metode ini sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data-data social.

Beberapa kekurangan teknik wawancara. Pertama, kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya. Kedua, diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer. Ketiga, memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikkan jawaban (memalsukan jawaban). Keempat, apabila interviewer dengan interview mempunyai perbedaan yang sangat mencolok, sulit untuk mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh kurang akurat. Kelima, Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh keadaan situasi kondisi sekitar.

Daftar Pustaka

Wasito, Hermawan. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

http://hidayanti-nawari.blogspot.com/2011/03/observasi-dan-wawancara.html 12-4-2011 08:19 WIB

Blaxter, Loraine Dkk. 2006 . How to Research (Seluk-beluk melakukan riset). Jakarta, Indeks.

Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung, Tarsito.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan teori-aplikasi. Jakarta, PT. Bumi aksara.

Tidak ada komentar: