Senin, 25 April 2011

Linguistik Deskriptif

BAB I

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai objek linguistik merupakan fenomenon yang tidak terlepas daripada kegiatan bermasyarakat. Oleh sebab kegiatan ini sangat luas, maka subdisiplin linguistik itu juga menjadi sangat banyak. Subdisiplin linguistik antara lain adalah: linguistik umum, linguistik deskriptif , linguistik bandingan , linguistik structural, linguistik antropologi .

Pada pembahasan makalah ini kami hanya akan menjelaskan tentang linguistik deskriptif secara singkat. Baik pengertiannya, objek kajian, maupun tokoh yang mempeloporinya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Linguistik Deskriptif

Menurut bahasa adalah linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah tentang tata bahasa, sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. Menurut istilah Linguistik Deskriptif atau linguistik sinkronik adalah ilmu yang mengkaji bahasa pada masa yang terbatas. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan, bahasa Jawa dewasa ini, Linguistik deskriptif, artinya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya pada suatu masa tertentu.

Pada abad ke 19 -20, linguistik komperatif nampaknya menjadi satu-satunya kajian yang dipertimbangkan dalam penelitian linguistik. Namun, Ferdinand De Saussure mencoba mengembangkannya dengan linguistik deskriptif. hanya mengkaji terkait dalam waktu tertentu atau lokasi tertentu dan tidak dicampuri oleh fase waktu yang lainnya. Akan tetapi setelah Ferdinand memperkenalkannya, metode ini cukup menarik perhatian sekolah-sekolah pada waktu itu yang mencoba menerapkannya dalam kurikulum mereka. Kemudian metode inipun dikenal dengan linguistik modern.

B. Objek Kajian Linguistik Deskriptif

Ada beberapa objek yang menjadi kajian dari Linguistik deskriptif yaitu :

1. Fonologi

adalah ilmu tentang perbendaharaan fonem sebuah bahasa dan distribusinya. Hal-hal yang dibahas dalam fonologi antaralain: bunyi ujaran, fonetik dan fonemik, alat ucap,vocal, konsonan, perubahan fonem, dan intonasi.

2. Morfologi

adalah cabang lnguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.

3. Sintaksis

Sintaksis merupakan tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan. Sama halnya dengan morfologi, akan tetapi morfologi menyangkut struktur gramatikal di dalam kata.Unsur bahasa yang termasuk di dalam sintaksis adalah frase, kalusa,dan kalimat
Tuturan dalam hal ini menyangkut apa yang dituturkan orang dalam bentuk kalimat.

4. Semantik

Adalah ilmu yang mengkaji tentang makna kata, kajian tentang makna tersebut di antaranya: makna konotasi dan denotasi, makna dalam konteks, hubungan makna dengan kebudayaan, perubahan makna.

C. Tokoh-tokoh Linguistik Deskriptif

1. Ferdinand De Saussure (1858-1913)

Adalah seorang linguis Swiss yang sering disebut sebagai Bapak atau Pelopor Linguistik Modern. Ia lahir di Swiss 17 Nopember 1857, ia belajar di Geneva dan berkuliah di Jerman Barat di bawah pimpinan Prof. G Curtius. Setelah menyelesaikan kuliahnya ia pergi ke paris dan mengembangkan dirinya dalam societe Linguistique. Ketika berumur 24 tahun ia telah memberikan kuliah Ilmu Perbandingan Tata Bahasa di Paris. Pada tahun 1891 sampai dengan kematiaannya ia memberikan kuliah di Geneva dari Ilmu Perbandingan Tata bahasa sampai kepada Ilmu Linguistik. Ia meninggal pada tahun 1913.

De Saussure disebut sebagai “ Bapak Linguistik Modern” karena pandangan -pandangannya yang baru mengenai studi bahasa. Pandangan-pandangan tersebut di antara lain mengenai :

· Telaah sinkronik dan diakronik dalam suatu studi bahasa

· Perbedaan language dan parole

· Perbedaan signifant dan signifie.

Dalam menganalisa bahasa ia mengatakan bahwa seorang linguist mendekati ujaran manusia melalui pembicara-pembicara. Linguist sinkronik mengformulasikan gejala-gejala bahasa berdasarkan ujaran-ujaran pembicara berdasarkan fakta-fakta bahasa dan keadaan bahasa tanpa persoalan urutan waktu. Sedangkan diakronis, studi linguistik ini mempersoalkan fase-fase perkembangan/evolusi bahasa dari zaman ke zaman, dari satu waktu ke waktu. Dan bahkan ia bertanya sebagai berikut: jika kita hendak membelah pohon apa yang harus kita buat? Memotongnya secara horizontal atau kita membelahnya dari bawah ke atas?

2. Leonard Bloomfield

Seorang tokoh linguistik Amerika yang pada awalnya tidak mempunyai perhatian pada bidang linguistic. Ia hanya bercita-cita menjadi seorang akademikus dan mau mengabdikan diri pada ilmu pengetahuan. Namun setelah ia bertemu dengan temannya yaitu prokosch dan berbincang-bincang tentang tata bahasa, lalu memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya dalam bidang linguistik.

Dalam analisa bahasa, beliau menekankan bahwa bahasa harus bersifat deskriptif ilmiah. Keilmiahan itu berarti bahwa setiap definisi bahasa yang diberikan harus dalam istilah-istilah fisik yang diambil dari kenyataan yang ada. Tetapi dalam pembicaraannya ia tidak hanya membicarakan linguistic deskriptif saja, ia pun memperluas bidang-bidang linguistic dalam beberapa aspeknya.

3. John Ruperth Firth

Adalah seorang linguis inggris yang pada tahun 1994 mendirikan sekolah linguistik deskriptif di London. Menurutnya dalam kajian linguistic yang paling penting adalah konteks. Menurutnya, bahasa itu terdiri dari lima tingkatan yaitu tingkatan fonetik, leksikon, morfologi, sintaksis, dan semantik.

BAB III

KESIMPULAN

Linguistik Deskriptif: Menurut bahasa adalah linguistik adalah ilmu yang mempelajari atau menelaah tentang tata bahasa, sedangkan deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. Menurut istilah Linguistik Deskriptif atau linguistik sinkronik adalah ilmu yang mengkaji bahasa pada masa yang terbatas.

Objek kajian linguistic deskriptif:

- Fonologi

- Morfologi

- Semantik

- Sintaksis

Tokoh_tokoh linguistic deskriptif:

· Ferdinand De Saussure

· Leonard Bloomfield

· John Ruperth Firth

Rabu, 13 April 2011

Instrumen dan Teknik Observasi dan Wawancara

BAB II

PEMBAHASAN

A. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Secara etimologi instrumen dalam kamus besar bahasa indonesia berarti alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau sebagai sarana penelitian berupa seperangkat tes untuk memeroleh data. Secara terminologi instrumen merupakan alat bantu (dalam hal ini penelitian) bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Teknik memiliki arti metode atau sistem mengerjakan sesuatu. Data dalam kamus bahasa indonesia bermakna keterangan atau bahan yang dipakai untuk penalaran atau penyelidikan. Kualitas instrumen akan menentukan kualitas data yang terkumpul. Menyusun instrumen bagi kegiatan penelitian merupakan langkah penting yang harus dipahami betul oleh peneliti. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya.

Data yang salah atau tidak menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti sehingga kesimpulan penelitian yang ditarik atau dibuat peneliti bisa keliru. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun instrumen penelitian, pertama, masalah yang diteliti termasuk indikator harus jelas, sehingga dapat dengan mudah menetapkan jenis instrumen yang akan di gunakan. Kedua, sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika dalam instrumen penelitian.

Ada beberapa langkah umum dalam menyusun instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut antara lain sebagai berikut :

a) Analisis variabel penelitian, yang mengkaji variabel menjadi sub variabel dan indikator penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan.

b) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel, subvariabel, indikatornya. Satu variabel bisa diukur oleh satu jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen.

c) Menyusun kisi-kisi lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, dan waktu yang dibutuhkan.

d) Berdasarkan kisi-kisi peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan, jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan dan peneliti harus mempunyai gambaran jawaban yang diharapkan.

e) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba.

B. Observasi

Menurut S.Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan ini dilakukan terhadap objek di tempat berlangsungnya peristiwa.

Observasi adalah penelitian yang melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Dalam melakukan penelitian atau riset banyak peneliti dalam pengumpulan data melibatkan kerja lapangan, setelah mereka memastikan proyek penelitian mereka, mengembangkan pertanyaan dan metode yang kemudian langsung terjun ke lapangan untuk pengumpulan data.

Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Adapun beberapa jenis pengamatan adalah sebagai berikut :

B.1. Observasi langsung/tidak langsung

Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diteliti. Observasi tidak langsung adalah observasi yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diteliti, seperti melalui film atau yang lain.

B.2. Observasi Non partisipan/Partisipan

Observasi non partisipan adalah observasi dimana observer tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang di observasi.

Observasi partisipan adalah observasi dimana observer ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Jadi disini observer tidak berlaku sebagai penonton, melainkan sebagai pelaku atau peserta. Pada umumnya penelitian ini digunakan untuk penelitian bidang social.

B.3. Observasi Sistematik dan Non Sistematik

Observasi Sistematik : disebut observasi berkerangka/structured observation. Yaitu terdapat kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah dikategorisasikan terlebih dahulu. Atau suatu penelitian yang harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks. Disebut juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati

Observasi Non Sistematik : disebut juga unstructured observation. Yaitu kerangka yang memuat faktor-faktor perilaku yang akan diobservasi tidak dikategorisasikan.

B.4. Kelemahan Teknik Observasi

1) Observasi sangat tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat. Kemampuan ini ddipengaruhi oleh beberapa aspek:

a. Daya adaptasi, yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan objek yang akan diamati.

b. Kebiasaan

c. Keinginan, yaitu keinginan untuk memperoleh hasil tertentu dalam penelitiannya.

d. Prasangka, dapat menyebabkan pengamatan tidak objektif.

e. Proyeksi, yaitu kecenderungan melemparkan kejadian dalam diri observer kepada objek penelitian sehingga pengamatan tidak dapat dilakukan dengan baik.

f. Ingatan.

g. Keadaan fisik dan psikis.

2) Kelemahan dalam pencatatan

a. Pengaruh kesan umum (hallo effects)

b. Pengaruh keinginan menolong (generosity effects)

c. Pengaruh pengamatan sebelumnya (carry out effects)

3) Banyak kejadian atau keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang menyangkut kehidupan pribadi yang sangat rahasia.

4) Dalam observasi sering dijumpai observee yang bertingkah laku baik dan menyenangkan dan sebaliknya.

5) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu, sehingga kalau terjadi gangguan secara tiba-tiba seperti gangguan cuaca maka observasi tidak dapat dilakukan. Di samping itu banyak kejadian yang berlangsung sangat pendek dan tidak serempak.

B.5. Kebaikan Teknik Observasi

1) Banyak gejala yang hanya dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat dan sulit dibantah.

2) Banyak objek yang hanya bersedia datanya diambil dengan observasi.

3) Kejadian yang serempak dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observee.

4) Banyak kejadian yang dipandang kecil dan tidak dapat ditangkap oleh alat penangkap data yang lain tetapi dapat di tangkap oleh observasi.

C. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dalam literatur lain, wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

1) Wawancara kualitatif terbagi dalam tiga variasi :

a) Wawancara informal: proses wawancara didasarkan sepenuhnya pada berkembangnya pertanyaan secara spontan dalam interaksi alamiah.

b) Wawancara dengan pedoman umum: dalam proses wawancara ini,peneliti dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum,yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan,bahkan mungkin tanpa bentuk pertanyaan eksplisit.

c) Wawancara dengan pedoman terstandar yang terbuka : dalam bentuk wawancara ini, pedoman wawancara ditulis secara rinci,lengkap dengan set pertanyaan dan penjabarannya dalam kalimat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah :

Ø intonasi suara

Ø kecepatan berbicara

Ø sensitifitas pertanyaan

Ø kontak mata, dan kepekaan nonverbal.

C.1. Teknik-teknik Wawancara

Dalam melakukan wawancara, ada beberapa teknik-teknik wawancara yang perlu diperhatikan, antara lain :

a) wawancara dapat berlangsung secara tatap muka, atau dari jauh, misalnya melalui telepon atau e-mail.

b) Wawancara dapat dilakukan dimanapun.

c) Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur ketat, dengan serangkaian pertanyaan yang menuntut jawaban spesifik (misalnya quesioner), atau dapat juga terbuka, dapat pula wawancara dilakukan sekedar menfasilitasi subjek untuk berbicara.

d) Pengingat, seperti foto-foto, dapat bermanfaat untuk merangsang diskusi yang telah berlangsung.

e) Wawancara dapat melibatkan hanya dua individu, peneliti dan yang diwawancarai, atau dapat berupa kelompok atau lebih dari satu subjek dan atau lebih dari satu pewawancara.

f) Wawancara dapat dicatat atau direkam dan kemudian ditranskripsikan.

g) Wawancara dapat ditindaklanjuti dalam berbagai cara. Sebuah transkrip dapat dikirim kepada subjek yang bersangkutan untuk diberi komentar.

C.2. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Wawancara

Kelebihan teknik wawancara yang pertama, Metode ini tidak akan mengalami kesulitan meskipun respondennya buta huruf sekalipun. Kedua, Metode wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh melaui cara observasi ataupun angket. Ketiga, Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis. Keempat, Metode ini sangat cocok untuk dipergunakan di dalam pengumpulan data-data social.

Beberapa kekurangan teknik wawancara. Pertama, kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya. Kedua, diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer. Ketiga, memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikkan jawaban (memalsukan jawaban). Keempat, apabila interviewer dengan interview mempunyai perbedaan yang sangat mencolok, sulit untuk mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh kurang akurat. Kelima, Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh keadaan situasi kondisi sekitar.

Daftar Pustaka

Wasito, Hermawan. 1993. Pengantar Metodologi Penelitian Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

http://hidayanti-nawari.blogspot.com/2011/03/observasi-dan-wawancara.html 12-4-2011 08:19 WIB

Blaxter, Loraine Dkk. 2006 . How to Research (Seluk-beluk melakukan riset). Jakarta, Indeks.

Nasution, S. 2002. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung, Tarsito.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Pusat Bahasa

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan teori-aplikasi. Jakarta, PT. Bumi aksara.